Rabu, 16 Januari 2008

Arwin Rasyid


Arwin Rasyid LAHIR di Roma, Italia, ia kemudian melewatkan masa kanak-kanak di Swiss selama enam tahun dan Singapura lima tahun. Ketika ia pulang ke Indonesia, apa yang terjadi? Arwin Rasyid tidak bisa berbahasa Indonesia. “Saya pikir bahasa Indonesia itu bahasa Padang,” tutur Direktur Utama Bank Danamon ini. Karena sehari-hari keluarganya berbahasa Inggris dan bahasa Padang. Ayahnya seorang diplomat asal Sumatera Barat; ibunya berdarah Sumatera Barat pula. Atas dispensasi dari Departemen P&K, Arwin masuk sekolah internasional, The Gandhi Memorial School Jakarta, yang tidak memakai bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Tapi, setelah lulus sekolah internasional itu, ayah dan ibunya menginginkan Arwin kuliah di dalam negeri. Tapi kalau ayahnya menginginkannya masuk fakultas hukum, mau sang ibu agar bungsu dari empat bersaudara itu masuk fakultas kedokteran. Padahal, Arwin berpeluang kuliah di University of New Delhi di New Delhi, India, dengan beasiswa dari The Gandhi Memorial School. Apa yang terjadi, Arwin menentukan sendiri pilihannya. Ia masuk Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, sambil mengambil kursus intensif bahasa Indonesia. “Tahun pertama dan kedua kuliah, setiap pertanyaan, saya jawab dengan bahasa Inggris,” papar MBA dari Universitas Hawaii, Honolulu, AS, ini. “Untung dosen UI banyak yang lulusan Amerika, seperti Emil Salim, Sri-Edi Swasono, Miranda Goeltom,” tambahnya. Saat mahasiswa, selain pernah jadi asisten Sumitro Djojohadikusumo, ia sudah aktif di Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.Lulus kuliah, 1980, ia bekerja di Bank of America sambil menyebar permohonan beasiswa. Impiannya melanjutkan studi di luar negeri terwujud berkat beasiswa dari HISWA Center untuk kuliah di Universitas Hawaii, AS, selama dua tahun. Baru satu setengah tahun, ia sudah meraih gelar M.A. ekonomi; kemudian sekalian ia memanfaatkan sisa waktu dengan mengambil gelar MBA di universitas yang sama, 1982. Pulang ke Tanah Air, Arwin kembali ke Bank of America. Setelah tujuh tahun di bank tersebut, ia bekerja di Bank Niaga. Sepulang dari naik haji, 1999, ia hijrah ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai staf ahli, sampai akhirnya menjadi Wakil Ketua BPPN. Sejak Oktober 2000, Arwin dipercaya memimpin Bank Danamon.Dalam memimpin perusahaan, ia senantiasa meningkatkan kualitas karyawan, sebagai aset utama perusahaan. Caranya melalui training dan menerapkan budaya profesional, serta mengambil bankir-bankir yang profesional, supaya ada dinamika baru. Prinsip hidupnya: “Saya mau hidup tenang, tapi dengan taraf hidup sesuai dengan zaman sekarang.” Seperti yang diajarkan orangtuanya, Arwin mendidik anak-anaknya agar tidak manja. “Saya tidak pernah dimanja orangtua. Saya harus sekolah yang benar, bekerja yang benar dan keras. Orang tua hanya memberikan nilai-nilai hidup dan itu lebih penting daripada harta,” kata ayah lima anak ini. Untuk itulah, Arwin berupaya memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya, termasuk ingin menyekolahkan mereka di sekolah paling top di dunia.Selain boling, Arwin hobi main squash sejak 1985. Olahraga ini bisa membuatnya berkeringat banyak tanpa mengenal cuaca, peralatannya tidak mahal, dan tidak menyita banyak waktu. Sebagai anggota Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Seluruh Indonesia (Perbakin), ia tentunya gemar berburu. Ia juga pengoleksi berbagai senjata api terdaftar.

Bankir Pimpin Telkom
Jakarta 25/6/2005: Di luar dugaan mantan Dirut Bank Danamon dan Wakil Dirut BNI Arwin Rasyid dipercaya pemerintah menjadi Direktur Utama PT Telkom Tbk dalam RUPS, yang berlangsung di Kantor Divre II Telkom Jakarta, Jumat (24/6/2005). Alumni S1 FE-UI (1980) dan S2 (MBA) International Business-University of Hawaii, USA, itu menggantikan Kristiono yang semula dijagokan akan tetap menduduki jabatan itu.Terpilihnya Arwin, pria kelahiran Roma, Italia 22 Januari 1957, yang sebelumnya juga dicalonkan dalam bursa Dirut Indosat, di luar dugaan banyak kalangan yang menginginkan dirut Telkom dari orang dalam dan berpengalaman di industri telekomunikasi. Tidak banyak orang yang memprediksi Arwin, bankir yang dekat dengan Sofyan Djalil, Menteri Komunikasi dan Informasi itu setelah gagal menjadi Dirut Indosat akan dipercaya memimpin Telkom. RUPS juga menetapkan adanya jabatan Wakil Direktur Utama yang dipercayakan kepada mantan Direktur Bisnis dan Jasa Telekomunikasi Garuda Sugardo. RUPS menyetujui susunan Dewan Direksi yang diajukan Dewan Komisaris Telkom untuk menambah jajaran direksi dari lima menjadi tujuh. Sementara susunan Dewan Komisaris tidak berubah, tetap lima orang yang dipimpin Tanri Abeng sebagai Komisaris Utama.

Adapun susunan direksi baru PT Telkom Tbk hasil RUPS 24 Juni 2005 adalah: Direktur Utama Arwin Rasyid, Wakil Dirut Garuda Sugardo, Direktur Keuangan dan Investasi Rinaldi Firmansyah, Direktur Infrastruktur dan Jaringan Abdul Haris Matondang, Direktur Korporasi dan Wholesale Aris Yahya, dan Direktur SDM dan Pengempangan John Welly.Di hadapan RUPS, Arwin bersama seluruh anggota direksi yang baru terpilih menyatakan kesediaannya menduduki jabatan ketika ditanya Komisaris Utama PT Telkom Tanri Abeng. Arwin Rasyid mengatakan, dirinya tidak akan pura-pura menjadi orang yang mengetahui segala hal soal telekomunikasi. Namun, sebagai bankir, dia akan bekerja sama dengan seluruh direksi untuk memajukan Telkom sebagai ikon perusahaan Indonesia. Maka dia meminta diberi waktu untuk menjelaskan mengenai misi para direksi. Penjelasan tersebut akan disampaikan bersamaan dengan pengumuman kinerja kuartal II Telkom.Arwin mengatakan, Telkom menghadapi tantangan untuk meningkatkan penetrasi penggunaan telepon, terutama di pedesaan. Saat ini jaringan telepon hanya menjangkau 50 persen pedesaan di Indonesia, padahal di China mencapai 80 persen.Sementara itu, Menteri Negara BUMN Sugiharto mengatakan, Arwin Rasyid diharapkan dapat mendorong Telkom menjadi perusahaan yang memiliki kapitalisasi sebesar 33 miliar dollar AS, dari kapitalisasi saat ini yang hanya 11 miliar dollar AS. Meski tidak berpengalaman di bidang telekomunikasi, Arwin diharapkan mampu menstabilkan keuangan Telkom sebagai perusahaan terbesar yang terdaftar di pasar modal Indonesia.Bagi dividenRUPS juga memutuskan Telkom mengalokasikan dividen Rp3,06 triliun atau 50% dari laba tahun buku 2004. Sedangkan sebanyak 47% atau Rp2,7 triliun digunakan untuk pengembangan perusahaan.Selama 2004, Telkom memperoleh pendapatan operasi Rp33,95 triliun atau tumbuh 25% dibandingkan tahun sebelumnya, Rp27,12 triliun. Pada tahun 2005, Telkom Group mengalokasikan capital expenditure (capex) atau belanja modal Rp6,1 triliun untuk Telkom dan US$700 untuk anak perusahaan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).

PDAT
LAHIR di Roma, Italia, ia kemudian melewatkan masa kanak-kanak di Swiss selama enam tahun dan Singapura lima tahun. Ketika ia pulang ke Indonesia, apa yang terjadi? Arwin Rasyid tidak bisa berbahasa Indonesia. “Saya pikir bahasa Indonesia itu bahasa Padang,” tutur Direktur Utama Bank Danamon ini. Karena sehari-hari keluarganya berbahasa Inggris dan bahasa Padang. Ayahnya seorang diplomat asal Sumatera Barat; ibunya berdarah Sumatera Barat pula. Atas dispensasi dari Departemen P&K, Arwin masuk sekolah internasional, The Gandhi Memorial School Jakarta, yang tidak memakai bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Tapi, setelah lulus sekolah internasional itu, ayah dan ibunya menginginkan Arwin kuliah di dalam negeri. Tapi kalau ayahnya menginginkannya masuk fakultas hukum, mau sang ibu agar bungsu dari empat bersaudara itu masuk fakultas kedokteran. Padahal, Arwin berpeluang kuliah di University of New Delhi di New Delhi, India, dengan beasiswa dari The Gandhi Memorial School. Apa yang terjadi, Arwin menentukan sendiri pilihannya. Ia masuk Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, sambil mengambil kursus intensif bahasa Indonesia. “Tahun pertama dan kedua kuliah, setiap pertanyaan, saya jawab dengan bahasa Inggris,” papar MBA dari Universitas Hawaii, Honolulu, AS, ini. “Untung dosen UI banyak yang lulusan Amerika, seperti Emil Salim, Sri-Edi Swasono, Miranda Goeltom,” tambahnya. Saat mahasiswa, selain pernah jadi asisten Sumitro Djojohadikusumo, ia sudah aktif di Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.Lulus kuliah, 1980, ia bekerja di Bank of America sambil menyebar permohonan beasiswa. Impiannya melanjutkan studi di luar negeri terwujud berkat beasiswa dari HISWA Center untuk kuliah di Universitas Hawaii, AS, selama dua tahun. Baru satu setengah tahun, ia sudah meraih gelar M.A. ekonomi; kemudian sekalian ia memanfaatkan sisa waktu dengan mengambil gelar MBA di universitas yang sama, 1982. Pulang ke Tanah Air, Arwin kembali ke Bank of America. Setelah tujuh tahun di bank tersebut, ia bekerja di Bank Niaga. Sepulang dari naik haji, 1999, ia hijrah ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai staf ahli, sampai akhirnya menjadi Wakil Ketua BPPN. Sejak Oktober 2000, Arwin dipercaya memimpin Bank Danamon.Dalam memimpin perusahaan, ia senantiasa meningkatkan kualitas karyawan, sebagai aset utama perusahaan. Caranya melalui training dan menerapkan budaya profesional, serta mengambil bankir-bankir yang profesional, supaya ada dinamika baru. Prinsip hidupnya: “Saya mau hidup tenang, tapi dengan taraf hidup sesuai dengan zaman sekarang.” Seperti yang diajarkan orangtuanya, Arwin mendidik anak-anaknya agar tidak manja. “Saya tidak pernah dimanja orangtua. Saya harus sekolah yang benar, bekerja yang benar dan keras. Orang tua hanya memberikan nilai-nilai hidup dan itu lebih penting daripada harta,” kata ayah lima anak ini. Untuk itulah, Arwin berupaya memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya, termasuk ingin menyekolahkan mereka di sekolah paling top di dunia.Selain boling, Arwin hobi main squash sejak 1985. Olahraga ini bisa membuatnya berkeringat banyak tanpa mengenal cuaca, peralatannya tidak mahal, dan tidak menyita banyak waktu. Sebagai anggota Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Seluruh Indonesia (Perbakin), ia tentunya gemar berburu. Ia juga pengoleksi berbagai senjata api terdaftar.
►e-ti/atur

Menjalankan Mission Impossible
Arwin Rasyid, Dirut PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dinobatkan sebagai salah seorang Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005 versi Warta Ekonomi. Misinya di Telkom adalah meningkatkan penetrasi telepon, terutama di pedesaan. Di bawah kendalinya, Telkom berhasil mendongkrak pendapatan.
Wartawa Ekonomi 28 Desember 2005: Sulit membayangkan seorang bankir kawakan memimpin sebuah perusahaan telekomunikasi kelas dunia. Namun, itulah yang terjadi pada perjalanan karier Arwin Rasyid. Mantan wakil ketua BPPN ini ditunjuk menjadi dirut PT Telkom Tbk. pertengahan tahun ini, menggantikan Kristiono.
Terpilihnya Arwin mementahkan prediksi berbagai kalangan. Pasalnya, Kristiono jelas lebih dijagokan memimpin Telkom lantaran mempunyai track record bagus di bisnis telekomunikasi. Bandingkan dengan Arwin yang selama ini identik sebagai bankir karena kariernya yang panjang di Bank Niaga, Bank Danamon, dan Bank BNI. Namun, justru namanyalah yang terpilih menjadi dirut lewat mekanisme RUPS.
Kini Arwin memimpin misi meningkatkan peran Telkom dalam penetrasi penggunaan telepon, terutama di pedesaan yang penetrasinya di Indonesia baru 50%. Padahal di Cina sudah 80%. Untuk merealisasikan misi ini, Telkom meluncurkan satelit Telkom 2, menggantikan satelit Palapa B4 yang habis masa tugasnya.
Satelit ini akan digunakan untuk mendukung layanan komersial seperti transmisi backbone: SLJJ, SLI, internet, jaringan komunikasi militer; jaringan akses: internet, distance learning, satellite news gathering, bisnis VSAT (perbankan, pertambangan); dan broadcast: TV broadcast, audio broadcast, dan telekonferensi. Misi ini juga membuat 43.000 desa berdering, sebagaimana tertuang dalam program Universal Service Obligation (USO).
Dari segi profit, Telkom diperkirakan dapat meraup pendapatan US$468 juta dari bisnis penyewaan Telkom 2. Pendapatan dari Telkom 2 dihitung dari 65% kapasitas transponder, masing-masing disewakan sebesar US$1 juta per tahun. Lalu, 24 transponder yang dimiliki Telkom dapat beroperasi selama 15 tahun dan bisa dioptimalkan menjadi dua kali lipat.
Meski baru lima bulan memimpin Telkom, kontribusi kepemimpinan Arwin sudah terasa. Supaya adil, lihat angkanya. Berdasarkan laporan kinerja perusahaan yang di-launch di Jakarta beberapa waktu lalu, pada triwulan ketiga Telkom mengalami kenaikan pendapatan sebesar 20%, dari Rp25,095 triliun pada periode yang sama tahun lalu menjadi Rp30,1 triliun. “Ini dibarengi peningkatan laba bersih dari Rp4,8 triliun pada triwulan ketiga 2004 menjadi Rp5,7 triliun atau naik 19% pada triwulan ketiga 2005,” papar Arwin.
Suami Dotty Suraida ini juga bisa mendongkrak pertumbuhan pelanggan selular Telkom. Saat ini total pelanggan Grup Telkom mencapai 36 juta. Peningkatan yang cukup berarti ada di Line in Service (LIS) Flexi yang tumbuh 244%, yakni dari satu juta pelanggan pada triwulan ketiga 2004 menjadi 3,7 pelanggan pada triwulan ketiga 2005. Untuk pelanggan selular, tumbuh 72% menjadi 24 juta. “Hingga kuartal ketiga 2005, Telkomsel masih menguasai pasar selular dengan market share 54%,” ucap Arwin. (harso kurniawan) ►e-ti

Nama :Arwin Rasyid
Lahir :Roma, Italia, 22 Januari 1957
Agama :Islam
Pendidikan:
- 1973 Sertifikasi Matrikulasi-The Gandhi Memorial School, Jakarta.
- 1980 Sarjana Ekonomi-Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jurusan Studi Pembangunan
- 1981 MA International Economics-University of Hawaii, USA
- 1982 MBA International Business-University of Hawaii, USA
- 1984 Chief Executive Program, University of California, Barkeley, AS

Karir:
- Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1977–sekarang)
- Staf peneliti Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1977-1980)
- Asisten Vice President, Bank of America, Jakarta (1980-1987)
- Asisten Vice President, Kepala Divisi Marketing PT Bank Niaga Tbk cabang Gajah Mada (1987-1989)
- Vice President, Kepala Divisi Marketing dan Kredit Grup PT Bank Niaga Tbk. (1989-1990)
- Managing Director PT Niaga Factoring Corporation (1990-1994)
- Senior Vice President Grup Korporat Perbankan PT Bank Biaga Tbk. (1990-1994)
- Komisaris PT Niaga BZW Securities (1991-Maret 1999)
- Komisaris PT Niaga Factoring Corporation (1994-Maret 1999)
- Direktur Niaga Finance Co. Ltd. Hong Kong (1994-Maret 1999)
- Direktur Korporat Perbankan PT Bank Niaga Tbk. (1994-1998)
- Wakil Direktur Utama PT Bank Niaga Tbk. (1998-Maret 1999)
- Wakil Komisaris Utama Bank Universal (Juni 1999-Desember 2000)
- Staf Ahli Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN (Mei 1999-Januari 2000)
- Wakil Ketua BPPN (Januari 1999-November 2000)
- Direktur Utama Bank Danamon Indonesia (Oktober 2000-2003)
- Wakil Dirut PT Bank Negara Indonesia Tbk, 2003-2005
- Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia, 2005

Kegiatan Lain:
- Ketua Ikatan Alumni UI-Fakultas Ekonomi (ILUNI FE), 2003-sekarang
- Anggota dari Apec Business Advisory Council (ABAC), 2002-sekarang
- Anggota BPPW (Badan Pengembangan dan Pengelolaan Wirausaha) – UI, 2002-sekarang
- Wakil ketua bidang dana – Perbakin, 2002-sekarang
- Wakil ketua bidang dana – PBSI, 2002-sekarang
- Anggota KPEN (Komite Pemulihan Ekonomi Nasional), 2001-sekarang
- Ketua Bidang Pengkajian Perbankan dari Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional Swasta (Perbanas), 2000-sekarang

Penghargaan:
- President of India Trophy, 1973
- Beasiswa "Supersemar", 1978
- East West Center Award, USA, 1981- Beta Sigma Award, USA, 1983

Alamat Rumah:
Jl. Simprug Golf XIV/D-1 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

Alamat Kantor:
PT Telekomunikasi IndonesiaBandung

Tidak ada komentar: