Senin, 21 Januari 2008

Etty Sunarti Nuay

Etty Sunarti Nuay Berkaca pada Minyak
Siapa bilang berada jauh di belantara hutan atau di tengah lautan, bisa membuat seseorang jauh dari Yang Mahakuasa? Justru sebaliknya, kebesaran Allah SWT semakin tampak dan Sang Khalik terasa makin dekat. Itulah yang dirasakan wanita geolog pertama Indonesia, Ir Etty Sunarti Nuay.
Begitu dinyatakan lulus sebagai sarjana dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 10 Juni 1973, sesuai bidang ilmunya, ia terjun ke dunia perminyakan. Selama lebih dari 25 tahun ia bekerja di perusahaan pertambangan milik Amerika Serikat, Hufco dan Vico.
''Saya tertarik kepada alam. Dengan kita berkecimpung di alam lebih banyak, kita bisa dekat sama Allah. Kita semakin menyadari manusia sangat kecil kalau dibanding alam yang mahabesar,'' ujarnya.
Dari kecil, pertanyaan tentang alam menjadi pertanyaan yang tak berujung bagi Etty. Bagaimana alam bisa sebesar ini? Siapa yang menciptakan? Alam terbentang ini mau diapakan dan kenapa sampai terjadi begini? Itulah pertanyaan yang selalu berlalu tanpa jawaban. ''Dari seringnya mengamati, saya menyenangi alam. Semakin lama semakin keterusan,'' ujarnya kepada Republika, Selasa (3/5).
Kecintaan istri Nuay Sutan Maradjo ini terhadap alam makin mengental saat duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Ia mengaku, pada masa itu, ia sering mendaki gunung, turun ke ngarai, dan menyusuri sungai-sungai. ''Begitu tahu ada jurusan geologi di fakultas Teknik Geologi ITB, saya langsung mendaftar ke sana,'' tambahnya.
Semasa kuliah, seangkatannya hanya ada dua perempuan yang menekuni bidang itu. Ini berlanjut hingga ia memasuki dunia kerja. Ia menjadi satu-satunya perempuan di tengah-tengah kaum lelaki dan kebanyak pekerja asing pula. Karena itu, tak mengherankan bila ia kadang harus bersikap seperti laki-laki.
Ada satu pengalaman menarik yang tak bakal dilupakannya. ''Kalau ke pengeboran, seorang wanita dilarang datang ke lokasi itu. Karena harus bertugas ke sana akhirnya saya berpakaian seperti laki-laki dengan menggunakan pakaian dinas lapangan (PDL) lengkap pula,'' ujarnya terbahak.
Pertama kali bekerja, ia ditempatkan sebagai paleontolog. ''Dengan mengidentifikasi fosil, kita akan tahu umur bumi,'' ujarnya tentang korelasi displin bidangnya itu.
Kalau umur bumi diketahui, katanya, maka akan bisa dikolerasikan satu tempat ke tempat lain yang umurnya sama. Misalnya umur batuan yang terdapat di tempat A bertemu lagi di tempat B karena fosilnya sama. ''Nah, itu sangat penting dalam ilmu perminyakan. Karena kalau satu lapisan yang mengandung minyak kita hubungkan di tempat yang lain dia akan mengandung minyak juga.''
Ia benar-benar menekuni dari bawah hingga akhirnya menduduki jabatan manajer eksplorasi di Vico. ''Waktu itu usia saya 26 tahun, mulai dari bawah sebagai junior karena saya lulus sebagai geologis. Tepatnya junior paleontologist yang merupakan cabang dari ilmu geologi,'' ujarnya.
Ia sendiri mengaku sangat tertarik dengan dunia perminyakan. Bahkan, ia semakin mengagumi kebesaran Allah SWT juga setelah berkecimpung di dunianya itu. Allah, di mata perempuan yang kemudian memilih untuk berbusana Muslimah dalam kesehariannya ini, adalah creator yang luar biasa dan sangat teliti. ''Dalam proses terjadinya minyak, sampai sekarang tak ada satu makhluk pun yang menandingi. Hingga saat ini manusia belum ada yang mampu membuat minyak,'' ujarnya.
Minyak, kata dia, terdiri dari unsur hidrokarbon. Hidro karbon adalah senyawa antara hidrogen dan oksigen dan itu banyak sekali turunannya. Di dalam tanah, zat itu akan terbentuk kalau dia sudah jutaan tahun terkubur. Manusia, bagaimana pun caranya tidak akan mampu membuat hidrokarbon, minyak, dan bahan tambang lainnya. ''Dengan begitu kita semakin yakin kebesaran Allah. Jadi, benar usia bumi sudah jutaan tahun,'' ujarnya menambahkan.
Saat mencapai posisi manajer di Vico, Etty memilih untuk lengser. ''Saya ingin lebih banyak bisa beribadah dan bersama keluarga. Kebetulan, kantor membuka peluang untuk pensiun dini,'' ujarnya. Kini, ia bergabung dengan perusahaan pertambangan minyak milik pengusaha dalam negeri. Selain waktunya lebih fleksibel, ia juga bisa mendapatkan apa yang diingininya; lebih banyak beribadah dan dekat dengan keluarga.

Ir Etty Sunarti Nuay
Panggilan : Etty
Tanggal Lahir : Bukittinggi, 5 Februari 1947
Suami : Nuay Sutan Maradjo
Anak : Wahyu Maulana MSc, Annisa Fabiola (almarhumah)
Pendidikan : Fakultas Teknik Geologi ITB Tahun 1973
Jabatan : Presiden Direktur/CEO Easco Petroleum (Holding)
(dam )
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=197506&kat_id=376

Tidak ada komentar: