Jumat, 18 Januari 2008

Zukri Saad


Oleh: Nabiel Makarim

Memilih jalur aktifitas yang konfrontatif, bertempo tinggi dan dalam waktu yang lama, menghadirkan pribadi dan pola pikir unik dalam menyikapi berbagai hal. Katakanlah, mainstream berpikir cenderung ke kanan, ia malah kritis melihat kekiri. Hidup penuh waspada, perlu berhati-hati dan tetap dalam koridor keberpihakan kepada rakyat dalam suasana dikotomis pemerintah – rakyat di era Orde Baru (state and society dichotomy), telah membuahkan anak manusia dengan cara pandang yang senantiasa berbeda. Berlainan dari logika umum.
Kesenjangan kaya miskin, disparitas kota – desa, perbedaan tajam pembangunanJawa - luar Jawa dan santiri versus sanbari telah menginspirasi penulis buku unik ini untuk menghadirkan pikiran-pikiran alternatif serta menawarkan berbagai solusi dalam mengatasi problem kemasyarakatan.Bila umum menganggap urusan lahan ulayat menghambat investasi, ia punya resep jalan keluarnya. Idenya tentang jajanan pasar dan sistem pemasaran dapat diindikasikan sebagai pikiran perlawanan terhadap hegemoni produk makanan global. Bila logika awam berinvestasi hanya di lahan daratan, ia menawarkan alternatif berproduksi di bawah permukaan laut.
Intinya, bila dulu pembangunan terpusat di tangan pemerintah, ia sebagaimana aktifis LSM zaman orde baru lainnya, mengusung tema pembangunan berbasis rakyat (community based development – people centered development). Benang merah dari seluruh kolom yang dihadirkan dalam buku ini adalah bagaimana porsi terbesar dari pembangunan haruslah dinikmati oleh rakyat banyak sesuai amanah konstitusi serta menjamin ketersediaannya untuk generasi mendatang.
Saya mengenal penulis sudah cukup lama. Sepak terjangnya dalam dunia advokasi di bidang lingkungan hidup dan pembangunan telah memberinya banyak pengalaman panjang dan pemahaman praktis di lapangan. Perjalanan hidupnya di dunia penggalangan kantong-kantong masyarakat dalam memperjuangkan lingkungan hidup lebih dari 20 tahun telah memberinya kesempatan untuk menggali berbagai fenomena kehidupan di berbagai pelosok Indonesia.
Saya yakin, sebagai konsekwensi dari beban mengelola jaringan LSM se Indonesia, ia hadir ditiap kasus lingkungan dan perlawanan masyarakat dimana-mana. Konflik di taman nasional, pencaplokan lahan atas nama pembangunan industri atau properti, pencemaran oleh industri dan konfrontasi terbuka penduduk lokal dengan pemilik konsesi yang adakalanya membuatnya harus berhadap-hadapan dengan pemerintah dan senjata kekuasaan tentu sangat mewarnai jalan hidupnya.
Pengalaman langka demikian makin diperkaya pada fase kepulangannya ke kampung halaman Sumatera Barat, yang telah memberinya peluang pula untuk berkontemplasi dan menghadirkan kembali jejak langkah petualangannya. Karena punya banyak waktu untuk merefleksi seluruh pengalaman itu dalam suasana yang tenang pegunungan, terlepas dari hiruk pikuk pergerakan yang ditinggalkannya di Jakarta, ia tentu dapat memformulasi berbagai percabangan pikiran dalam bentuk yang jernih dan jelas sarat renungan.
Logika berpikir alternatif dan cara pandang yang senantiasa berpihak kepada kepentingan masyarakat banyak dan lingkungan hidup yang mewarnai tulisannya itu disajikan kehadapan pembaca dalam bahasa yang mengalir, bertutur untuk masalah demi masalah. Terkadang dapat ditangkap cepat maknanya di bagian awal, namun tak urung menghadirkan solusi tak terduga di ujung kisah. Berbagai pilihan skenario ditawarkannya, yang rasanya memudahkan siapapun untuk memahami permasalahan kemasyarakatan, lingkungan hidup dan pembangunan. Sepelik apapun.
Kami masih berhubungan erat sampai saat ini karena ia masih tetap berada pada jalur beraktifitas di dunia lingkungan. Jarak Padang – Jakarta tidak terlalu mempengaruhi aktifitasnya ditengah-tengah maraknya persaingan moda transportasi udara. Ia selalu dapat datang dan muncul disaat diperlukan. Paling-paling yang akan menundanya hadir di Jakarta, kalau ia kebetulan sedang memanen kentang dan hortikultura lain yang ditanamnya di lahan sewa yang cukup luas di pedalaman Sumbar.
Tawarannya dalam wujud Partai Lokal sejalan dengan pemikiran saya akan pentingnya posisi tawar masyarakat dalam berbagai pengambilan keputusan publik, khususnya menyangkut pelestarian lingkungan hidup dan pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Kami sependapat, posisi legislatif lokal di DPRD Kota dan Kabupaten sangat strategis dalam merusak atau melestarikan lingkungan. Perusakan sumberdaya alam dimungkinkan terjadi di era reformasi ini salah satunya tidak terwujudnya kontrol legislatif yang efektif.
Untuk itu institusionalisasi Environmental Parliament Watch (EPW) di Kabupaten Kota perlu dilakukan dan kelak diperkuat. Lembaga itu diperkirakan akan efektif mengontrol sepak terjang legislatif, sekaligus bisa pula menegosiasikan agenda lokal di bidang lingkungan untuk diperjuangkan kedalam bentuk kebijakan publik bervisi jauh kedepan.
Mengingat luasnya lingkup perenungan yang dihadirkan oleh buku ini, membuat ia perlu dibaca oleh berbagai kalangan, terutama mereka yang memiliki simpati mendalam kepada rakyat Indonesia yang masih belum mampu keluar dari krisis multi-dimensi yang dialami. Langkah-langkah kecil dan mikro adakalanya dapat berdampak makro bila disinergikan. Langkah-langkah kecil adalah bagian dari perjalanan yang panjang.
Jakarta, 11 Maret 2004

Zukri Saad: Manusia Merdeka
Oleh Adi Sasono
Saya sebagai kawan lintas generasi, mengenalnya dan menghormatinya sebagai aktifis mahasiswa di Bandung yang menolak membungkuk pada kekuasaan otoriter di paro dua tahun 70-an. Orang semacam dia sungguh tidak banyak, apalagi di puncak kekuasaaan rejim yang menganut paham pemusatan kekuasaan politik dan ekonomi.
Pada umumnya orang cenderung membungkuk pada kekuasaan, lantaran risiko nyata yang akan menghadangnya kalau seseorang menolak menyesuaikan diri. Sebagian kaum terpelajar bahkan condong mendukung dengan kepakarannya, karena itulah jalan selamat meniti karir, atau sekadar untuk memperoleh kehidupan sebagai “abdi dalem”, hamba kekuasaan.
Kaum terpelajar inilah yang kemudian berjasa membuat “pembenaran ilmiah” tentang teori pembangunan ekonomi yang memihak kepentingan modal besar yang menghasilkan makin kokohnya persekutuan pusat-pusat kekuatan ekonomi dan politik mapan.
Pada gilirannya lingkungan hidup menjadi korban karena keserakahan modal besar dan ketidakpedulian sosial, seiring dengan makin kuatnya paham yang materialistis, penyembahan benda. Kita menyaksikan kemudian kesenjangan sosial yang melebar, yang kaya tambah kaya dan yang miskin tambah anak. Nilai-nilai kebersamaan cenderung tergusur, dalam kehidupan sosial yang makin sulit dan kompetitif.
Ada tiga model reaksi dari mereka yang menolak ikut arus. Pertama, kaum oposisionalis, yang dengan geram menolak dan marah, yang menghasilkan pendekatan hitam-putih. Merekalah yang dengan kepala tegak menolak kerjasama dalam bentuk apapun dengan penguasa.
Sayang sekali pendekatan ini sungguhpun amat berjasa untuk menjaga standar moral kebenaran, dan dengan tegas membedakan yang salah dan yang benar, menjadi tidak efektif di tengah kecenderungan sosial yang membungkuk kepada kekuasaan.
Namun demikian, saya berpendapat kelompok inilah yang paling berjasa memelihara api idealisme. Mereka memilih “berjuang dari luar”. Menolak membungkuk. Jasanya tidak bisa diukur dalam jangka pendek, sebab perubahan politik ke arah sistem yang demokratis, dari masyarakat yang agraris feodalistis, adalah proses belajar sosial yang panjang. Tanpa kelompok ini, gerakan untuk meluaskan kesadaran kolektif ke arah perubahan sulit dibayangkan.
Kedua, kelompok institusionalis. Logika kelompok ini bertolak dari anggapan kokoh tegarnya stuktur kekuasaan yang ada. Ia tidak hanya didukung oleh kekuatan monopolistik modal besar dan aparat represi, tapi juga oleh budaya sosial yang feodalistik-paternalistik. Karena itu, kelompok ini berpendapat perlunya berjuang “dari dalam”, merubah dari dalam.
Dalam kelompok ini memang tidak dapat dihindarkan masuknya orang-orang yang dasarnya lemah-hati dan mungkin juga oportunistik, yang menggunakan logika ini untuk sekedar membenarkan rasa ketidakberdayaannya terhadap keperkasaan kekuasaan. Kita menyaksikan memang banyak dari mereka yang “berjuang dari dalam” tetap idealistis.
Namun, agaknya lebih banyak lagi yang larut dalam mekanisme penundukan, karena alasan material maupun karena mengejar pangkat. Tiga dasawarsa kehidupan kebangsaan kita memang mengajarkan “yang ingin merubah dari dalam ternyata banyak yang dirubah didalam”.Kedua kelompok di atas, bertolak dari pandangan bi-polar. Kita-mereka, lawan-kawan, berjuang dari luar atau dari dalam. Memang dari semula selalu muncul pertanyaan, benarkah berjuang dari luar lebih efektif dibanding berjuang dari dalam?
Saya tidak bermaksud membuat penilaian. Kebenaran pilihan politik memang perkara relatif, dan biarlah nurani masing-masing pelaku yang menjawab.
Dalam situasi inilah, memang sejak semula selalu ada orang-orang yang sulit untuk dikategorisasi. Kritik terhadap dua kategori tersebut adalah, sifat pengelompokannya yang dipandang menyederhanakan msalah dalam pendekatan bi-polar, “berjuang dari luar atau dari dalam”, takkala kenyataan hidup tercampur dalam berbagai peristiwa dinamis yang sungguh kompleks.
Karena itu muncul cara melihat dari kacamata kesinambungan pikiran dan tindakan seseorang, suatu pendekatan dari sudut konsistensi seseorang, yang bisa saja ia berada “diluar” atau “didalam” sistem. Inilah yang saya sebut pendekatan ”uni-polar”. Pendekatan ketiga ini tidak mendikotomi seseorang di dalam atau di luar sistem. Yang diuji adalah konsistensinya. Dalam bahasa agama, istiqamah.
Seseorang dalam kehidupan duniawi yang singkat ini, senantiasa dalam ujian godaan pangkat, popularitas maupun rangsangan material. Seseorang bisa dinilai dalam proses waktu, apakah ia membungkuk kepada kekuasaan politik atau keperkasaan uang atau gabungan keduanya, atau ia seseorang yang istiqamah.
Saya berpendapat Zukri adalah tipe manusia isqtiqamah. Perjalanan hidup selama lebih dari dua dasawarsa, yang penuh warna, menjelaskan kepada kita, tentang garis jalan lurus, sikap istiqamah yang membuatnya menjadi manusia merdeka. Ia bisa merdeka karena tidak tunduk kepada godaan duniawi, mungkin dalam perjalanan yang tidak senantiasa berwujud garis lurus, namun arahnya jelas.
Buku ini berkisah tentang warna warni soal hidup dalam perspektif pemihakan kemanusiaan yang kritis namun dengan ide positif. Zukri bicara dari soal sampah sampai ke perkara E-town. Itulah wajah manusia merdeka, Zukri Saad. Saya merasa terhormat untuk memberi pengantar buku rekan muda saya yang istimewa ini. Zukri selamat berjuang !
Jakarta, 17 September 2001

Tentang Zukri Saad
Oleh: Sarwono Kusumaatmadja
Setidaknya ada dua kekurangan dalam pendekatan pendidikan kita. Yang pertama adalah, bahwa orang dididik untuk menghafal. Tentu kemampuan menghafal ada segi positifnya, yaitu membuat orang terlatih ingatannya. Namun segi negatifnya adalah, bahwa pengetahuannya akan terbatas pada apa yang dihafal.
Dalam era informasi dimana memori sudah mampu disimpan dalam komputer yang kapasitas simpannya makin besar, sebetulnya orang tak perlu lagi menjadi penghafal. Yang perlu diasah justru ilmu dan seni memanfaatkan informasi tanpa perlu menyimpan informasi itu dalam benak kita.
Oleh karena itu, orang yang kemampuan intelektualnya terbatas pada hafalan, cenderung menjadi kolot dan dogmatis karena kemampuan orang menghafal selalu terbatas pada apa yang mampu dan mau diingatnya. Salah satu sebab kemunduran pendidikan di Indonesia adalah justru disebabkan oleh dominasi hafalan ini, yang menjadikan orang beku kreatifitasnya sekaligus menciptakan dogmatisme, kepicikan serta mengurangi kemampuan memanfaatkan informasi baru.
Yang juga tragis adalah bahwa, sang penghafal lantas dianggap pintar, sedangkan orang yang suka bertanya dan suka menyangsikan serta berminat pada temuan-temuan baru justru dianggap rewel, urakan atau bahkan bodoh. Ilmu-ilmu sosial yang seharusnya berkembang pesat dan penuh dinamika sejalan dengan dinamika global, menjadi beku dan tidak relevan karena pendekatan ilmu sosial menggunakan pendekatan hafalan. Oleh karena itu, orang-orang yang hafal, sekarang mulai tidak diminati lagi dibanding zaman lalu.
Orang kemudian menyangka bahwa kecerdasan diwakili oleh ilmu-ilmu eksakta, yaitu sains dan teknologi. Dalam ilmu-ilmu eksakta, ukuran kecerdasan bukan lagi terletak pada kemampuan menghafal, tapi pada kemampuan berfikir secara runtut, logis, yang ciri utamanya adalah kemampuan menghubungkan sebab dengan akibat. Mungkin itulah sebabnya, mengapa banyak pejabat tinggi kita berasal dari kalangan yang berlatar belakang ilmu eksakta.
Tapi amat menarik untuk diperhatikan bahwa mereka yang mampu berfikir logis ternyata tak juga selalu berhasil memecahkan masalah. Ekonomi kita menjadi morat marit antara lain karena kebijakan ekonomi dibuat oleh para ahli ekonomi yang berlatar belakang teknologi. Penyebab kegagalan logika dalam pengambilan keputusan menunjukkan kelemahan pendidikan logika di tanah air kita, yang terbatas mendidikkan logika linear. Dalam sistem ini orang dididik untuk hanya mempertimbangkan hubungan sebab akibat yang mempunyai korelasi langsung, serta membatasi hubungan sebab akibat itu secara vertikal.
Oleh karena itu, orang yang hanya mengandalkan logika linear berkurang kemampuannya untuk menghadapi situasi yang kompleks dimana berbagai variabel yang non rasional harus dipertimbangkan, dan dimana hubungan sebab akibat yang terjadi banyak dimunculkan oleh berbagai gejala yang sepintas lalu tidak kelihatan berhubungan.
Apa hubungannya ini semua dengan buku Imajinasi Sosial karya Zukri Saad? Karya tulisnya menarik karena menyajikan kepada pembaca observasi dari seorang yang bernama Zukri Saad tentang berbagai kejadian yang dialaminya, yang memberitahukan kepada kita tentang betapa dunia ini menyajikan banyak sekali kesempatan dan kemudahan yang hanya bisa dibatasi oleh imajinasi seseorang.
Bagi seorang penghafal serta penganut logika linear, krisis adalah jalan buntu. Bagi seorang Zukri Saad yang berfikir lateral horizontal, krisis adalah peluang terciptanya kesempatan-kesempatan baru. Krisis adalah kesempatan untuk membuang kebiasaan-kebiasaan lama yang buruk, dan mengembangkan sikap-sikap baru yang lebih sesuai dengan realita hari ini. Demikian pula, krisis sekaligus membantu kita menciptakan realita masa depan.Zukri memperlihatkan kepada kita bahwa sumber-sumber ilham bagi seseorang bisa ditemukan dari pengalaman sehari-hari. Zukri juga memperlihatkan kepada kita bahwa yang terjadi secara lokal, bisa saja berhubungan dengan kejadian lain, nun jauh disana.
Zukri Saad dan orang-orang sejenisnya, mulai menarik perhatian saya ketika menjadi pejabat tinggi semasa Orde Baru. Pada waktu itu saya memperhatikan bahwa ada beberapa orang yang kreatif, tampil beda, senantiasa optimistik, teguh dalam pendirian tetapi sekaligus juga sukses. Walaupun banyak hal dari pemerintahan Orde Baru yang tidak mereka sukai, demikian juga dari watak negatif orang Indonesia, mereka tidak menjadi pemberang. Namun sebaliknya, merekapun tidak menyerah untuk menjadi penurut.
Yang juga mengagumkan adalah, bahwa mereka produktif dalam bidangnya masing-masing sebagai pendidik, usahawan, seniman dan pegawai negeri. Mereka mempunyai jiwa yang merdeka, kreatif dan oleh karenanya disegani. Mereka juga sangat liat, tahan banting. Ada persamaan watak diantara mereka, senantiasa santun tetapi tidak pernah berusaha menyenangkan hati orang. Saya sangat betah dengan orang-orang semacam ini, dan persahabatan kami tetap lekat sampai sekarang.
Mereka sempat saya hadirkan dalam suatu diskusi di Harian Kompas, dimana mereka memperkenalkan karya dan jalan pikir mereka, menjadikan orang terperangah sehingga sejak itu Zukri dan kawan-kawan dikenal sebagai “orang-orang gila”.
Indonesia yang sedang sakit memerlukan lebih banyak orang-orang aneh semacam mereka supaya cepat sembuh, dan reformasi dibidang pendidikan diperlukan supaya apa yang hari ini aneh dan gila menjadi kelaziman di masa depan.
[Kredit foto: Sarwono.Net]

Nama: Zukri Saad
Gelar Adat: Sutan Majo Basa
Tempat/Tanggal Lahir: Bukittinggi – Sumatera Barat - Indonesia, 5 Nopember 1956

Status Kawin dengan 3 anak
Istri : Irina Mastri Chairani Harahap (41 tahun)
Anak : Jaka Kelana Putra (11 tahun)Rindu Aninditha Putri (10 tahun)Dana Putra Kembara (8 tahun)

Kebangsaan: Indonesia

Alamat
Jl. Matematika 13 - PGRI Gunung Pangilun - Padang 25143 – Sumatera Barat - IndonesiaPhone : 62 - 751 - 7053017; 0811663461
E-mail : uwansukri [at] yahoo.com dan sukri [at] pelangi.or.id
Jl. Konservasi Utara 7A – Tabing – Padang 25171 – Sumatera Barat – Indonesia Phone 62-751-7055465

Pendidikan
Institut Teknologi Bandung, Jurusan Kimia, lulus 1985
SMA I di Padang, Jurusan PAS-PAL, lulus 1974
SMP III di Padang, lulus 1971
SD 33 di Padang, lulus 1968


Pelatihan
Mengikuti berbagai pelatihan, seminar, lokakarya dalam dan luar negeri


Bahasa



  • Bahasa Minangkabau (bahasa ibu)

  • Bahasa Indonesia

  • Bahasa Inggris

Pekerjaan:



  • Petani dataran tinggi (sayuran : kentang, kol, brokoli dan buah-buahan : markisah, strawberry)

  • Aktifis Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia

  • Pencinta alam dan lingkungan

  • Konsultan Pembangunan

  • Penggiat ekonomi rakyat melalui koperasi

  • Praktisi wisata bahari, khususnya wisata selancar di Kabupaten Kepulauan Mentawai – Sumatera Barat

  • Fasilitator Pengembangan kenelayanan rakyat

  • Wartawan dan kolomnis


Penulis
Kualifikasi Profesional:



  • Konsultasi Pembangunan dan Pengembangan Masyarakat

  • Rekayasa sosial dan lingkungan (Khususnya perancangan konsep pengembangan Kawasan, perencanaan dan evaluasi partisipatif, Perencanaan skenario, Pengelolaan pembangunan terpadu).

  • Energi terbarukan di pedesaan, khususnya pengadaan energi listrik skala mikro dan sumber energi alternatif.

  • Ekonomi pedesaan, khususnya lembaga keuangan pedesaan, industri skala kecil, pengembangan institusi koperasi dan merancang pola pemasaran terpadu.

  • Pembangunan berbasis masyarakat dan pelestarian, khususnya pembangunan yang berdampak simultan secara ekonomi dan konservasi.

Fasilitator untuk Pendidikan dan Pelatihan



  • Perencanaan skenario, perancangan pengembangan sumberdaya berbasis partisipasi masyarakat.

  • Perencanaan strategis, mengembangkan pola implementasi dan detail pelaksanaan pembangunan.

  • Pelatihan partisipatif, membangun kesadaran kolektif tentang masa depan .

  • Pengembangan kelembagaan, khususnya kelembagaan publik dan peningkatan kinerja lembaga.

  • Penyelesaian konflik, rekayasa sosial multi-pihak dan resolusi konflik berbasis skenario masa depan bersama

  • Pendidikan alternatif untuk orang dewasa, khususnya dalam membangun kesadaran bersama menuju pola partisipasi yang efektif.

  • Perancangan ekonomi masyarakat nelayan menuju kemandirian produksi, distribusi dengan dukungan kemandirian teknologi dan energi.

  • Konsultasi Untuk Pengembangan masyarakat madani

  • Pengembangan kelembagaan masyarakat sipil dan LSM, khususnya untuk peningkatan posisi tawar masyarakat terhadap para pemangku kepentingan lainnya.

  • Membangun jaringan kerja, khususnya sinergi antar kelompok masyarakat untuk mencapai tujuan bersama

  • Merancang kampanye publik, meningkatkan daya offensi komunikasi untuk menghasilkan opini positif masyarakat secara luas.

  • Mengelola advokasi, menggalang partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya secara berkelanjutan.


Konsultasi Untuk Penyelesaian Konflik



  • Konflik di bidang lingkungan hidup, khususnya antara Industri, pelaku investasi dan masyarakat lokal.

  • Konflik horizontal antar kelompok masyarakat, antara lain konflik lahan, konflik agama dan budaya.

Jabatan dan Lembaga
Lembaga Swadaya Masyarakat:



  • Anggota Dewan Pakar Yayasan Bina Keterampilan Pedesaan - Bitra Indonesia — LSM yang bergerak dibidang Pengembangan Pertanian dan Sumberdaya Manusia Pedesaan, Medan 2005 – 2008

  • Anggota Dewan Pengurus Yayasan Ekowisata Sumatera – YES - LSM yang bergerak dibidang Pariwisata Alam dan Petualangan Rimba, Medan 2003 - 2007

  • Anggota Dewan Pertimbangan Lembaga Hukom Adat Laot – Panglima Laot — Jaringan Organisasi tradisional Nelayan dari berbagai resort / Lhok di 18 Kabupaten se Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh 2005 – 2010

  • Anggota Dewan Pembina Lembaga Pengembangan Aksi dan Demokrasi – LPAD - LSM yang bergerak dibidang pengembangan tata pemerintahan yang baik / good governance, peran serta perempuan dan pemantauan pemilu) – Pekanbaru 2004 – 2009

  • Anggota Dewan Pakar Lembaga Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat Yayasan Alumni Fakultas Pertanian Universitas Andalas (LP2M – AFTA) – (LSM yang bergerak dibidang pengembangan SDM, khususnya di bidang pertanian pedesaan) – Padang 2005 – 2008
    Ketua Dewan Pertimbangan Komunitas Konservasi Indonesia – KKI WARSI (Jaringan LSM Sumbagsel yang bergerak dibidang Advokasi Hutan, Masyarakat Asli dan Pengembangan Kawasan Koservasi) – Jambi 2004 - 2007

  • Anggota Dewan Pengurus Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Desa - Kemasda - LSM yang bergerak di bidang Pengembangan Ekonomi Pedesaan dan Pemberdayaan Perempuan) – Seribandung Sumsel 1999 - 2006

  • Anggota Dewan Pembina Yayasan Pelangi Indonesia - LSM yang bergerak dibidang Riset kebijakan Untuk Pembangunan Berkelanjutan – Jakarta 2004 – 2009

  • Ketua Dewan Pembina Yayasan PAKTA - LSM yang bergerak dibidang Peningkatan Kapasitas Lembaga dan Pengembangan Sistem Teknologi Informasi Masyarakat Sipil – Jakarta 2006 – 2009

  • Konsultan Senior Environmental Parliament Watch – EPW 2004 – 2008 ( Jaringan Masyarakat Indonesia untuk Pemantauan Parlemen) – Jakarta 2006 - 2011

  • Anggota Dewan Pembina Yayasan Bina DesaSadajiwa - LSM yang bergerak di bidang Pengembangan Pedesaan Indonesia, Pengorganisasian Rakyat, Reforma Agraria dan Kedaulatan Pangan – Jakarta 2006 – 2011

  • Ketua Dewan Pembina Institut Hukum Sumberdaya Alam - IHSA - LSM yang bergerak di bidang Pemberdayaan Hukum Sumberdaya Alam Indonesia) – Jakarta, 2006 - 2009.

  • Anggota dan Pendiri BIOCERT – LSM yang bergerak pengembangan isu pertanian organik / Lembaga Sertifikasi Produk Organik Indonesia – Bogor 2006 - 2009

Perusahaan Terbatas





  • Komisaris PT. Mentawai Wisata Bahari – Perusahaan yang bergerak di bidang Pariwisata Bahari, khususnya usaha wisata selancar di Kepulauan Mentawai. Berbasis di Padang, sejak tahun 2000

  • Presiden Komisaris PT. Ekuator Minang Konsultan – Kantor Hukum Ekuator – Perusahaan yang bergerak di bidang Hukum dan Konsultasi Investasi. Berbasis di Padang, sejak 2002

  • Presiden Komisaris PT. Sunia Buana Lestari – Perusahaan Jasa Konsultasi di bidang Konservasi Hutan dan Pelestarian Sumberdaya Alam – Berbasis di Palembang, sejak 2002

  • Persero Komanditer CV Limas Bersaudara, Perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan bibit kentang berkualitas dan sayuran dataran tinggi – Berbasis di Alahan Panjang – Kabupaten Solok, sejak 2004

  • Komisaris PT. Padma Nusantara, Konsultan profesional untuk pembangunan wilayah di era otonomi daerah, khususnya pengembangan kenelayanan rakyat dan daerah tertinggal, Berbasis di Jakarta, sejak 2006


Lain-lain





  • Penerima Beasiswa Ashoka – Washington DC, 1986 – 1990, Associate Member 1986 - sekarang dan Fellow Panel of Ashoka Indonesia - Bandung, 2000 – 2003


  • Ketua Biro Pengabdian masyarakat – Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung - Cabang Sumatera Barat, 1989 – 2002

  • Penasehat Kelompok Kreatif Pemanjat tebing – Camp Club – Padang 1989 - 1992

  • Komite Pelaksana Yayasan Dana Mitra Lingkungan Indonesia (DML) (01/1995 - 07/1996)
    Panel Ahli PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) (08/ 1994 - 06/1996)

  • Dewan Penasehat Yayasan Bitra Indonesia - Medan (1996 – 2005)

  • Anggota Dewan Pleno Sekretariat Bina Desa (1998 – 2000) dan Anggota Badan Pengurus (2000 – 2003)

  • Koordinator Advokasi Forum Perjuangan Masyarakat Sumatera Barat untuk Spinn-Off PT. Semen Padang – Padang, (10/2001 – 11/2002)

  • Personal Mastery REIKI, Praktisi teknik Penyembuhan menggunakan Energi Alam, Padang, 11/2001 - sekarang

  • Ketua Umum Dewan Relawan Anak Nagari Sumatera Barat Pendukung Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Gamawan Fauzi – Marlis Rahman, (04 – 08 / 2005), Padang

  • Angota PDDI - Perhimpunan Donor Darah Indonesia, sejak di Bandung sampai sekarang di Padang (1978 – 06/2006 —- 94 X)

Tidak ada komentar: